“Kalau dipikir lagi dengan tenang, mungkin dia akan merasa: ‘Ya, aku bisa tahan emosiku sedikit lebih lama.’ Saya bisa mengerti rasa frustrasinya, tetapi seperti terlihat di foto, reaksinya tidak ideal.”
•Dampak bagi Tim: Lebih dari Sekadar Drama Individu
Kroos menyatakan bahwa sikap Vinicius bukanlah masalah “pribadi” semata, melainkan berdampak pada performa tim. Menurutnya, reaksi emosional sang pemain kadang membuat lawan, wasit, dan penonton merasa terganggu dan pada akhirnya bisa membalikkan momentum pertandingan.
“Seolah-olah segala sesuatu mulai berbalik melawan tim,” katanya. Kroos bahkan menambahkan, bahwa reaksi Vinícius kadang membuat dia keluar dari ritmenya bermain, yang tentu tidak ideal untuk pemain kelas dunia seperti Vinicius.
•Pesan Tulus dari Kroos: Talenta Tak Perlu Dihiasi Drama
Baca Juga:Akhir Tahun Disambar Bansos Apa Saja Bantuan Sosial yang Bakal Cair di Desember 2025?Mulai November 2025! Jadwal & Besaran Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) yang Wajib Kamu Tahu
Meski mengkritik, Kroos tetap menunjukkan rasa hormat dan kepercayaan terhadap kualitas Vinícius sebagai pemain bola. Dia menegaskan bahwa bakat Brasil itu sebenarnya tidak perlu “drama” agar bisa bersinar.
“Kamu terlalu bagus untuk semua itu,” kata Kroos berulang kali.
“Kadang aku berpikir dia akan menyadari, ketika sudah jauh dari lapangan dan bisa melihat segalanya dengan kepala dingin, bahwa emosi bisa dikontrol tanpa perlu simbolisme berlebihan.”
Dari situ, Kroos memberi pesan kuat, reaksi emosional memang bagian dari kepribadian Vinicius, tapi sebagai pemain profesional, ada tanggung jawab lebih besar terhadap tim.
Mengapa Kroos Membuka Cerita Ini Sekarang?
Komentar Kroos muncul di tengah sorotan publik atas insiden El Clasico. Reaksi publik dan media terhadap kemarahan Vinicius begitu keras, dan Kroos sebagai mantan rekan memberikan perspektif “dalam sekali” yang tidak selalu muncul di berita mainstream.
Kroos, sekarang sudah pensiun dari sepak bola profesional, lebih leluasa berbicara tanpa beban pertandingan. Dalam perannya di Icon League, dia menggunakan platformnya untuk mencerminkan pengalaman masa lalu dan memberikan pelajaran emosional, terutama kepada pemain muda seperti Vinicius.
