Duel Rasa yang Tak Pernah Usai: Benarkah Pedas Mengungguli Manis di 2025?

Makanan
Baik di Indonesia maupun dunia, preferensi masyarakat terhadap rasa menjadi barometer yang menarik untuk melihat perubahan gaya hidup, budaya makan, dan bahkan pengaruh media sosial. Foto: Gemini AI/tangkap layar - radarcirebon.tv
0 Komentar

RADARCIREBON.TV- Dalam dunia kuliner, ada satu perdebatan klasik yang tak pernah redup, lebih banyak yang memilih pedas atau manis? Setiap tahun, tren makanan terus berubah, tetapi pertempuran antara dua rasa ini seolah tidak ada habisnya.

Baik di Indonesia maupun dunia, preferensi masyarakat terhadap rasa menjadi barometer yang menarik untuk melihat perubahan gaya hidup, budaya makan, dan bahkan pengaruh media sosial.

Pada tahun 2025, topik ini kembali ramai dibicarakan, terutama setelah munculnya beragam menu viral yang memadukan rasa ekstrem, mulai dari ayam super pedas hingga dessert dengan topping manis yang melimpah. Namun, mana sebenarnya yang lebih populer di antara keduanya? Dan mengapa preferensi masyarakat bisa begitu terpecah?

Baca Juga:Apakah Ibu Hamil Boleh Makan Pedas? Ketahui PenjelasannyaAwas! Bahaya di Balik Kebiasaan Minum Es Teh Manis Setiap Makan, Bisa Mati Muda!

Duel Rasa yang Tak Pernah Usai: Benarkah Pedas Mengungguli Manis di 2025?

Tren Pedas: Sensasi yang Mengembalikan Adrenalin

Makanan pedas sudah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia sejak lama. Cabai, sambal, dan bumbu rempah yang memanaskan lidah seolah identitas penting dalam hidangan Nusantara. Namun, popularitas pedas semakin melonjak drastis sejak era konten mukbang dan tantangan ekstrem di TikTok serta YouTube.

Menu seperti seblak level maut, mie super pedas, ayam geprek level 100, hingga ramen pedas Korea terus menjadi pilihan favorit masyarakat, khususnya anak muda. Sensasi panas yang membuat tubuh berkeringat ternyata memberikan efek psikologis berupa pelepasan endorfin, sehingga membuat orang merasa ketagihan dan ingin mencoba lagi.

Bahkan, tren “pedas challenge” membuat banyak brand makanan berlomba-lomba menciptakan level kepedasan baru yang semakin ekstrem. Tidak sedikit pula warganet yang mengunggah konten reaksi pedas mereka, sehingga membuat makanan jenis ini semakin ramai diperbincangkan.

Dari sisi ekonomi kuliner, makanan pedas menjadi salah satu menu dengan tingkat repeat order tinggi. Penjual ayam geprek, seblak, dan mie pedas mengaku bahwa pelanggan mereka sering kembali karena ketagihan akan sensasi pedasnya, bukan sekadar rasa utamanya.

Namun, meski populer, pedas juga memiliki tantangan. Tidak semua orang memiliki toleransi tinggi terhadap cabai. Sebagian konsumen menghindari pedas karena alasan kesehatan, seperti maag, asam lambung, ataupun ketidaknyamanan setelah makan makanan yang terlalu panas.

0 Komentar