Lebih dramatis lagi, konferensi pers tersebut berubah arah. Sumardji tak hanya mengumumkan berakhirnya kerja sama dengan Indra Sjafri. Ia juga menyatakan mundur dari jabatannya sebagai manajer tim nasional, baik senior maupun kelompok umur.
“Berkaitan dengan tugas saya, saya akan menyerahkan tugas dan tanggung jawab saya sebagai manajer timnas, baik di senior dan juga kelompok umur termasuk manajer timnas SEA Games,” ujar Sumardji.
Pengunduran diri itu terdengar seperti pengakuan tanggung jawab moral. Sebuah langkah langka di sepak bola Indonesia, di mana kegagalan sering kali berakhir tanpa ada yang benar-benar pergi.
Baca Juga:Update Sea Games 2025, Kandaskan Thailand, Timnas Futsal Putri Lolos FinalUpdate Perolehan Medali Sea Games 2025: Menembak Catatkan Emas Ke -60
“Saya serahkan tugas dan tanggung jawab yang saya emban selama ini kepada Ketua Umum agar supaya berkaitan dengan manajer timnas ke depan dicarikan sosok paling tepat, paling ikhlas, paling bertanggung jawab. Yang terbaik lah,” lanjutnya.
Indra Sjafri pergi. Sumardji menyusul. Dua nama besar terseret oleh satu kegagalan yang seharusnya bisa dihindari. Kini bola panas berada di tangan PSSI: apakah ini benar-benar awal evaluasi menyeluruh, atau sekadar ritual tahunan setelah kegagalan?
SEA Games telah usai. Medali tak datang. Yang tersisa hanya satu pertanyaan pahit: sampai kapan sepak bola Indonesia belajar dari luka yang sama?