RADARCIREBON.TV – Momen yang tak terlupakan dirasakan oleh gelandang Timnas Indonesia U-22, Zanadin Fariz, ketika aksinya di SEA Games 2025 kembali dibicarakan di tingkat klub. Pemain muda dari Persis Solo tersebut menerima perhatian langsung dari pelatih baru Laskar Sambernyawa, Milomir Seslija, berkaitan dengan kartu merah yang ia terima saat bertanding melawan Myanmar U-22.
Kejadian ini terjadi pada sesi latihan perdana Persis Solo di Lapangan Pusporenggo, Boyolali, Rabu (17/12/2025). Dalam kesempatan tersebut, Milo sebutan akrab untuk Milomir Seslija menyampaikan arahan serta nasihat kepada semua pemain. Namun, fokus pelatih tersebut sejenak tertuju kepada Zanadin yang dianggap telah melakukan kesalahan emosional di ajang internasional.
Milo menyatakan bahwa ia mengikuti perjalanan Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025, termasuk pertandingan ketat melawan Myanmar yang berlangsung di 700th Anniversary Stadium, Chiang Mai. Ia bahkan menyaksikan kembali cuplikan pertandingan yang memperlihatkan momen kartu merah Zanadin di akhir laga.
Baca Juga:Penuh Makna: Garuda Pertiwi Mengambil Pelajaran Berharga di SEA Games 2025 Demi Mimpi Piala DuniaKembali, Gila! Timnas Voli Putra Indonesia Tekuk Vietnam dan Lolos ke Final SEA Games 2025
Pelatih dari Bosnia-Herzegovina ini pun mempertanyakan alasan di balik sanksi berat yang diterima oleh anak didiknya. Dia menilai kartu tersebut diterbitkan setelah wasit membunyikan peluit panjang, sebuah keadaan yang seharusnya bisa dihindari. Dengan nada bercanda namun penuh makna, ia bertanya apakah Zanadin kembali terlibat dalam keributan di lapangan.
Zanadin, yang lebih akrab dipanggil Ucil, berusaha mengklarifikasi keadaan. Dia mengungkapkan bahwa dirinya hanya menerima kartu kuning dan tidak terlibat dalam perkelahian. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ia harus meninggalkan permainan setelah mendapatkan dua kartu kuning, satu di antaranya akibat protes yang berlebihan terhadap keputusan wasit.
Pertandingan Indonesia U-22 melawan Myanmar memang berlangsung dengan tingkat ketegangan yang tinggi. Setelah pertandingan, terjadi kontak fisik antara pemain yang dipicu oleh ketidakpuasan terhadap keputusan wasit Ammar Mahfoodh. Situasi ini juga mempengaruhi emosi para pemain, termasuk Zanadin.
Milo kemudian melanjutkan “interogasi ringan”-nya dengan menanyakan hasil akhir pertandingan. Saat Zanadin menjawab bahwa Indonesia menang 3-1, pelatih tersebut terlihat terkejut. Menurutnya, kemenangan seharusnya menjadi alasan untuk mengendalikan diri, bukan justru memicu protes yang berujung pada sanksi.
