Ternyata Bukan Asli Indonesia? Yuk Simak 5 Fakta Menarik tentang Telur Asin yang Buat Terkejut!

Foto
Foto/Telur Asin (fimela.com)
0 Komentar

Bagaimana proses pengembangan telur asin di Indonesia?

Pada tahun 1800-an, orang Tionghoa pertama kali diberitahu bahwa mereka memiliki ciri budaya di Brebes dengan membawa telur asin. Pada tahun 1800-an juga, orang-orang Tionghoa mulai memperkenalkan berbagai makanan khas China, salah satunya adalah telur asin.

Makanan yang diasinkan dapat disimpan lebih lama. Mula-mula, telur asin hanya digunakan dalam ritual peribadatan Tionghoa dan dianggap sebagai hidangan yang harus dimakan sebagai simbol kesuburan untuk Dewa Bumi.

4. Telur asin sebagai kekuatan ekonomi selama periode pasca-kemerdekaan

Bermula dari sesaji peribadatan, orang Tionghoa mulai menjadikan telur asin sebagai sumber pendapatan setelah revolusi 1945–1950. Perekonomian Indonesia belum sepenuhnya stabil setelah kemerdekaan pada saat itu.

Baca Juga:Merayat dan Lezat! Inilah Sejarah Nasi Liwet Khas Sunda, KulinernTradisonal dengan Cita Rasa JuaraMartabak Bangka, Asli dari Pulau Bangka atau Cuma Namanya Saja? Temukan Jawabannya Disini!

Meskipun tidak ada yang tahu secara pasti kapan telur asin pertama kali dijual, beberapa sumber mengatakan bahwa In Tjau Seng dan Tan Polan Nio adalah perintis bisnis telur asin di Brebes pada 1950-an.

Pada awalnya dipekerjakan oleh orang Tionghoa untuk membuat telur asin, orang-orang di Brebes mulai menggunakan pengetahuan mereka dan mulai membuat telur asin secara mandiri pada tahun 1960. Sejak saat itu, Brebes menjadi kota penghasil telur asin yang paling populer di Indonesia.

5. Perkembangan telur asin di Brebes

Pada tahun 60-an, tidak hanya orang Tionghoa, tetapi juga masyarakat Brebes sudah bisa membuat telur asin secara mandiri. Bahkan orang Tionghoa dan masyarakat Brebes hidup rukun di antara usaha telur asin mereka.

Lokasi geografis Brebes, seperti Kabupaten Gaoyou, sangat menguntungkan karena berada di jalur Daendels atau Pantura. Karena menghubungkan semua kota besar di Pulau Jawa, jalur ini disebut sebagai pusat arus manusia.

Namun, banyak bisnis telur asin di Pantura gulung tikar sejak infrastruktur Trans-Jawa dibuka pada 2018 lalu. Namun, beberapa pengusaha telur asin terkenal di Brebes memilih untuk tetap bertahan sampai saat ini. Mereka memiliki pelanggan setia yang rela menempuh jarak jauh untuk membeli telur asin mereka.

Terlepas dari popularitasnya sebagai oleh-oleh dan makanan pendamping rawon, telur asin tidak selalu ada di Indonesia. Telur asin menjadi kekuatan ekonomi masyarakat Brebes setelah kemerdekaan, setelah dibawa oleh orang Tionghoa.

0 Komentar