RADARCIREBON.TV – Sepak bola adalah panggung drama, dan kali ini pentasnya berada di Montenegro. Bukan karena gol indah atau selebrasi ikonik, melainkan karena sebuah klub bernama FK Arsenal Tivat memilih jalur sunyi: manipulasi skor. Dan UEFA, yang biasanya kalem dalam urusan “bau amis”, kini tak tanggung-tanggung, mengayunkan palu sekeras-kerasnya.
Bukan klub Arsenal dari Liga Inggris, Ini mirip namanya, Arsenal Tivat dari Montenegro.
Hasilnya? 10 tahun larangan tampil di Eropa, denda setengah juta euro, dan tiga pemain terkena skors panjang. Bahkan sang direktur olahraga, Ranko Krgović, dipensiunkan paksa dari dunia sepak bola. Bukan karena usia, tapi karena dianggap telah menodai integritas olahraga yang katanya “suci”.
Baca Juga:Jelang Musim Baru, PSSI Upgrade Wasit Lokal! Instruktur FIFA Turun TanganLuis Enrique Terancam Kena Sanksi Berat dari FIFA Gara-Gara “Tampar” Pemain Chelsea
Skandal ini bermula dari laga pra-kualifikasi Liga Konferensi Eropa 2023/24. Saat itu, Arsenal Tivat menjamu klub Armenia, Alashkert FC. Di leg pertama, mereka menahan imbang 1-1 di kandang sendiri. Tapi leg kedua berubah jadi semacam pesta gol satu arah. Mereka kalah 1-6, dan aroma tidak sedap mulai tercium. Tapi bukan dari rumput stadion—melainkan dari angka-angka taruhan dan gerak-gerik di lapangan.
UEFA, yang biasanya butuh waktu lama untuk mencerna kasus, tiba-tiba tampil seperti detektif kawakan. Investigasi mendalam selama dua tahun akhirnya membuahkan hasil: pelanggaran Pasal 11 dan 12 Kode Disiplin. Atau dalam bahasa awam: “main curang, lalu ketahuan.”
Tiga pemain yang ikut andil dalam “drama beraroma uang” ini juga tak luput dari hukuman. Kiper Dusan Puletic yang entah kenapa sering terpeleset di momen penting, bek Cetko Manojlovic yang “terlihat tak sengaja” menghindari bola, dan Radule Zivkovic yang umpannya lebih akurat ke lawan ketimbang ke rekan setim—semua kini dilarang merumput selama beberapa musim ke depan.
Sementara itu, Krgović si eks direktur olahraga, sepertinya tak akan lagi muncul di pinggir lapangan, tribun VIP, atau bahkan acara temu alumni sepak bola lokal. UEFA memberinya hukuman seumur hidup dari segala aktivitas sepak bola. Mungkin, satu-satunya bola yang masih boleh ia sentuh hanyalah bola tenis meja di ruang tamu.
Keputusan UEFA ini bukan hanya teguran keras untuk Arsenal Tivat, tapi juga sinyal keras bagi klub-klub kecil lain yang berharap “jalan pintas” bisa membawa mereka ke pentas Eropa. Sayangnya, jalan pintas sering kali berujung ke jurang.
Dan buat Arsenal Tivat? Mungkin mereka baru akan kembali ke turnamen Eropa saat kita sudah pensiun menonton bola.