Heboh Statemen Timothy Ronald Soal Gym, Ahli Kesehatan Mental Beri Sanggahan

Timothy Roland
Foto: Instagram pribadi Timothy Ronald
0 Komentar

Kesalahan logika kedua adalah generalisasi berlebihan, yaitu mengambil kesimpulan luas dari pengalaman yang terbatas. Mungkin Timothy pernah bertemu satu orang yang rajin berolahraga tetapi kurang cocok saat diajak bicara. Namun, menggunakan itu sebagai dasar untuk menilai seluruh komunitas adalah langkah logis yang sangat lemah.

Lebih lanjut, dr. Lahargo mengamati adanya pola pikir ekstrem, pemikiran hitam-putih yang memisahkan dunia menjadi “pintar vs bodoh”, “intelektual vs fisik”. Pandangan ini tidak hanya tidak adil tetapi juga mengabaikan kenyataan bahwa banyak orang sebenarnya mampu menggabungkan keduanya.

“Misalnya, dia berbicara, pernah ketemu satu orang yang suka gym tetapi ngobrolnya nggak nyambung, lalu disimpulkan, berarti semua anak gym bodoh,” beber dr Lahargo memberi contoh.

Baca Juga:Diserbu Netizen Usai Viral Karena "Lecehkan" Aktivitas Gym, Intip Biodata Timothy Ronald Disini!Sewa Lapangan Padel Resmi Kena Pajak 10% – Termasuk Futsal, Gym, Sampai Kolam Renang

“Jika kamu cerdas, seharusnya kamu baca buku, bukan mengangkat beban,” cetus dr. Lahargo memberi contoh logika yang keliru ini. Selain itu, ada juga potensi bias konfirmasi, kecenderungan untuk hanya menerima informasi yang mendukung keyakinan pribadi.

Dalam hal ini, Timothy mungkin hanya melihat sudut pandang dangkal dari dunia gym, memandang influencer yang menunjukkan otot tanpa menyadari bahwa banyak atlet, pelatih, dan praktisi kebugaran justru menguasai nutrisi, biomekanika, serta ilmu olahraga secara mendalam. Bahkan, menurut dr. Lahargo, kemungkinan pernyataan seperti ini berasal dari disonansi kognitif atau konflik batin yang muncul saat seseorang diam-diam tertarik pada aktivitas fisik, tetapi menolaknya karena merasa itu tidak sesuai dengan citra diri mereka.

“Mungkin seseorang sebenarnya tertarik olahraga, tapi karena merasa itu tidak intelektual atau bukan gaya saya, maka muncul konflik batin dan untuk meredakannya, ia meremehkan,” beber dr Lahargo.

Tanggapan masyarakat terhadap Timothy tidak hanya berfokus pada satu kalimat, tetapi juga pada cara seorang tokoh publik yang memiliki banyak pengikut berbicara tanpa memperhatikan konteks sosial. Di zaman digital ini, dampak seorang pencipta konten bisa lebih besar dibandingkan dengan seorang pendidik atau pemimpin setempat.

0 Komentar