Dalam empat musim, ia mempersembahkan dua Liga Champions, tiga La Liga, dan berbagai trofi internasional. Filosofi penguasaan bola dan pressing intensifnya kemudian dibawa ke Bayern Munchen serta Manchester City.
Bersama City, Guardiola sukses membangun dinasti dengan menjuarai Liga Inggris lima kali dalam enam musim, termasuk treble bersejarah pada 2023.
3. Johan Cruyff
Johan Cruyff bukan hanya legenda Belanda, tetapi juga bapak sepak bola modern. Sebagai pemain, ia memenangkan tiga Ballon d’Or (1971, 1973, 1974), mengantarkan Ajax mendominasi Eropa dengan tiga Piala Champions beruntun. Filosofi “Total Football” yang ia peragakan bersama tim nasional Belanda menjadikannya ikon global.
Baca Juga:Manchester United Hadapi Jalan Terjal di Deadline Day: Sulit Lepas Pemain, Rekrutmen Baru TerhambatPesona Muda Menyihir Emirates! Max Dowman, Anak Ajaib Arsenal yang Sudah Siap Meloncat ke Panggung Premier Lea
Sebagai pelatih Barcelona, Cruyff membawa revolusi. Ia memperkenalkan sistem akademi yang melahirkan bintang-bintang besar seperti Xavi, Iniesta, hingga Messi.
Cruyff juga mempersembahkan 11 trofi untuk Barcelona, termasuk Liga Champions 1992 yang pertama bagi klub tersebut. Hingga kini, filosofi permainan yang ia tinggalkan masih menjadi fondasi identitas Barcelona, diwariskan ke generasi pelatih setelahnya.
4. Carlo Ancelotti
Carlo Ancelotti memiliki reputasi unik: tenang, elegan, dan cerdas. Sebagai gelandang AC Milan di era 1980-an, ia menjadi bagian dari tim legendaris Arrigo Sacchi yang meraih dua Piala Champions (1989, 1990) serta dominasi di Serie A.
Sebagai pelatih, Ancelotti menjadi salah satu manajer tersukses di dunia. Ia memenangkan Liga Champions empat kali bersama dua klub berbeda (AC Milan dan Real Madrid), menjadikannya pelatih dengan trofi Liga Champions terbanyak sepanjang sejarah.
Selain itu, ia sukses besar di berbagai negara—menjuarai liga di Italia, Inggris, Jerman, Prancis, dan Spanyol. Keunggulannya bukan hanya pada taktik, tetapi juga kemampuannya mengelola ego pemain bintang dengan pendekatan humanis.
5. Antonio Conte
Antonio Conte dikenal sebagai motor Juventus pada era 1990-an. Sebagai gelandang, ia meraih 15 gelar, termasuk Liga Champions 1996.
Conte bukan pemain flamboyan, tetapi kepemimpinannya di lapangan membuatnya dihormati.
Sebagai pelatih, Conte menorehkan sukses besar saat membangkitkan Juventus dari keterpurukan pasca-skandal Calciopoli.
Baca Juga:Jejak Miliano Jonathans, Dari Arnhem ke Garuda. Perjalanan Menembus Impian Piala Dunia 2026PSG Kendur di Meja Negosiasi, Donnarumma Semakin Dekat ke Manchester City
Ia mempersembahkan tiga Scudetto beruntun (2012–2014), sekaligus menjadi pondasi bagi dominasi Juve selama hampir satu dekade di Serie A.