RADARCIREBON.TV- Badan Sepak Bola Eropa (UEFA) menegaskan tidak akan melakukan perubahan pada format Liga Champions, meskipun muncul kembali desakan dari pihak-pihak yang ingin menghidupkan kembali proyek kontroversial European Super League (ESL).
Pernyataan resmi ini disampaikan langsung oleh perwakilan UEFA setelah serangkaian pertemuan dengan kelompok promotor liga tandingan tersebut, yang berusaha mencari celah untuk memperkenalkan kembali gagasan liga eksklusif bagi klub-klub elit Eropa.
Langkah UEFA ini sekaligus mengakhiri spekulasi yang beredar dalam beberapa minggu terakhir tentang kemungkinan adanya kompromi atau penyesuaian format kompetisi paling bergengsi di benua Eropa itu. Sejak diumumkannya perubahan format Liga Champions mulai musim 2024/2025 dengan sistem Swiss Model yang menambah jumlah peserta dan pertandingan, sebagian pihak menduga UEFA akan kembali membuka ruang dialog untuk mengakomodasi klub-klub besar yang kecewa dengan pembagian pendapatan saat ini.
Baca Juga:Netflix Mau Beli Hak Siar Liga Champions, UEFA Siap Cuan Besar!Desakan Keras Amnesty International: FIFA dan UEFA Diminta Sanksi Israel Atas Pelanggaran Hukum Internasional
Namun, dalam pernyataannya kepada media, juru bicara UEFA menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk merevisi format yang telah disetujui oleh semua anggota asosiasi.
“Format baru Liga Champions sudah melalui proses panjang, adil, dan demokratis. Kami tidak memiliki alasan untuk mengubahnya hanya karena tekanan dari kelompok kecil yang memiliki kepentingan bisnis semata,” ujar perwakilan UEFA dalam konferensi pers di Nyon, Swiss.
Latar Belakang Kembalinya Isu Super League
Isu Super League kembali mencuat setelah laporan media Spanyol dan Italia mengungkap adanya pertemuan antara perwakilan klub besar seperti Real Madrid, Barcelona, dan Juventus, tiga klub yang sejak awal menjadi penggagas proyek tersebut dengan investor baru yang dikabarkan siap mendanai versi “revisi” dari kompetisi tersebut.
Rencana baru itu disebut-sebut akan mencakup model turnamen terbuka, di mana klub-klub bisa naik dan turun berdasarkan prestasi, untuk meredam kritik publik tentang sifat “tertutup” Super League sebelumnya. Namun, bagi UEFA, perubahan kosmetik seperti itu tidak mengubah esensi utama proyek yang dianggap “merusak ekosistem sepak bola Eropa”.
Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, bahkan menegaskan bahwa organisasi yang ia pimpin tidak akan berkompromi terhadap nilai-nilai dasar kompetisi terbuka.