RADARCIREBON.TV – Ketika banyak pemain muda bermimpi mengikuti jejak ayah mereka, Luca Zidane justru memilih jalannya sendiri, sebuah langkah yang sarat makna, emosional, dan berani. Putra dari legenda sepak bola dunia Zinedine Zidane itu akhirnya resmi menjadi bagian dari Tim Nasional Aljazair, setelah FIFA mengesahkan permintaan perubahan asosiasi internasionalnya.
Lahir di Aix-en-Provence, Prancis, pada 13 Mei 1998, Luca Zinedine Zidane Fernández tumbuh dalam bayang-bayang besar nama “Zidane.” Ia sempat memperkuat tim junior Prancis, dan selama bertahun-tahun, publik mengira dirinya akan mengikuti jejak sang ayah untuk berseragam Les Bleus. Namun, darah yang mengalir dalam dirinya ternyata memanggil lebih keras daripada sekadar nostalgia Eropa.
“Saya sangat bangga berada di sini dan akan memberikan segalanya untuk membuat rakyat Aljazair bangga,” ucap Luca dengan mata berbinar dalam konferensi pers di Oran, disambut tepuk tangan meriah dari para jurnalis dan penggemar yang datang.
Baca Juga:Akhirnya Zidane Jr Main Buat Timnas Aljazair, Luca Zidane Dapat Panggilan Perdana!Zidane Buka Suara: Mengapa Pep Guardiola Unggul Dalam Debat ‘Manajer Terbaik’ Mengatasi Ferguson?
Pernyataan sederhana itu menggambarkan lebih dari sekadar keputusan sepak bola, ia adalah kisah tentang identitas, keluarga, dan akar budaya yang menolak dilupakan.
Darah Kabylie yang Tak Pernah Hilang
Kakek-nenek Luca berasal dari wilayah Kabylie, daerah pegunungan di Aljazair utara yang dikenal melahirkan banyak tokoh besar dan pejuang kemerdekaan. Zinedine Zidane sendiri lahir di Marseille, Prancis, dari pasangan imigran asal wilayah tersebut.
Meski besar di Eropa, keluarga Zidane dikenal tetap memegang erat nilai dan budaya Aljazair. Zinedine, sang ayah, sering berbicara dengan bangga tentang asal-usulnya dan tidak pernah berusaha menutupi jejak Afrika Utara dalam kehidupannya. Karena itu, langkah Luca dianggap sebagai semacam “kepulangan simbolik” yang membahagiakan generasi di atasnya.
Menurut laporan media lokal di Aljir, kakek Luca dikabarkan menangis haru ketika mengetahui cucunya akan mengenakan seragam hijau-putih khas Timnas Aljazair. “Itu bukan sekadar keputusan karier, tapi panggilan darah,” tulis salah satu media olahraga setempat.
Keputusan Luca bukan tanpa pertimbangan. Sebagai putra kedua dari salah satu ikon sepak bola terbesar di dunia, tekanan untuk “menjadi Zidane berikutnya” sudah dirasakannya sejak kecil. Namun Zinedine Zidane, yang dikenal sebagai sosok tenang dan filosofis, justru memberikan kebebasan penuh kepada anak-anaknya untuk menentukan jalan mereka sendiri.