RADARCIREBON.TV – Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia U-17 dengan skor 1-3 di pertandingan pembuka Piala Dunia U-17 2025 menarik perhatian banyak pihak. Hasil ini tak hanya menjadi momen bagi skuad Nova Arianto untuk melakukan evaluasi, tetapi juga mengundang PSSI dan Direktur Teknik Patrick Kluivert untuk mengkaji ulang proses pengembangan pemain muda di Indonesia.
Meski Garuda Muda sempat unggul melalui gol Zahaby Gholy, performa tim menurun signifikan setelah pertengahan babak pertama. Zambia berhasil membalikkan keadaan dengan tiga gol cepat, yang menunjukkan perbedaan dalam aspek fisik, kecepatan, dan efektivitas penyelesaian akhir.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menekankan bahwa kekalahan ini seharusnya tidak hanya dipandang dari segi hasil akhir, tetapi juga sebagai pelajaran penting. “Turnamen seperti Piala Dunia U-17 merupakan momen berharga untuk menilai seberapa jauh proses pembinaan kita. Evaluasi menyeluruh akan dilakukan agar pengembangan pemain muda semakin terarah,” ungkap Erick dalam keterangan resminya.
Baca Juga:Perbandingan Kekuatan Timnas Indonesia U-17 dan Zambia U-17: Siapa yang Lebih Siap di Laga Awal Piala Dunia U-Peluang Timnas Indonesia U-17 untuk Lolos dari Fase Grup: Analisis Statistik Honduras dan Zambia di Grup H Pia
Patrick Kluivert, yang kini memiliki peran penting dalam sistem pengembangan sepak bola nasional, juga menyoroti beberapa area yang harus diperbaiki. Menurut mantan bintang Barcelona dan Timnas Belanda ini, pemain muda Indonesia memiliki potensi besar, namun masih memerlukan fondasi yang lebih solid dalam taktik, daya tahan fisik, serta disiplin bermain.
“Kami melihat banyak talenta yang menjanjikan, namun pengembangan karakter pemain dan penerapan filosofi permainan modern masih perlu diperkuat. Hal ini menjadi fokus kami untuk ke depan,” kata Kluivert.
Sebagai langkah lanjutan, PSSI berencana untuk meningkatkan kerja sama dengan klub-klub Liga 1 dan akademi lokal demi menciptakan jalur pengembangan yang lebih berkelanjutan. Program jangka panjang seperti Elite Pro Academy juga akan dievaluasi agar lebih kompetitif dan terintegrasi dengan kebutuhan tim nasional dari berbagai kategori umur.
Kekalahan dari Zambia mengingatkan kita bahwa untuk mencapai prestasi di tingkat internasional, tidak ada cara instan. Diperlukan proses yang panjang, sistem yang kuat, serta pengembangan yang berkelanjutan dari usia dini hingga level profesional.
Dengan pengalaman berharga di Qatar, diharapkan Patrick Kluivert dan PSSI dapat merumuskan langkah-langkah konkret agar sepak bola muda Indonesia terus maju dan dapat bersaing di panggung dunia.
