Berbeda Dengan Dedi Mulyadi, Ini Dia Cara Eri Cahyadi Menangani Siswa Bandel

Walikota Surabaya Eri Cahyadi
Cara Eri Cahyadi Menangani Siswa Bandel. Foto: Radar Surabaya/tangkap layar - radarcirebon.tv
0 Komentar

RADARCIREBON.TV- Siswa bandel merupakan seorang pelajar yang seringkali tidak patuh pada aturan, tidak mengerjakan tugas, atau bahkan melakukan tindakan yang melanggar tata tertib.

Walikota Surabaya, Eri Cahyadi pernah menerapkan program yang dikenal sebagai sekolah kebangsaan, yang bertujuan untuk menempatkan anak-anak bermasalah di barak militer.

Setiap hari puluhan remaja tersebut digembleng oleh personal TNI, agar menjadi pribadi yang lebih disiplin sekaligus lebih Mandiri.

Baca Juga:Buruan!! Cek, Apakah Nama Anda Terdaftar Kedalam Penerima BansosMau Kuliah Ikatan Dinas, Ini Syarat Masuk Kuliah di STAN

Bahkan mereka harus bangun pagi sekitar pukul 04.30 WIB kemudian mengikuti ibadah, apel pembinaan fisik, pelatihan baris-berbaris, hingga materi wawasan kebangsaan.

Peserta juga mendapatkan materi pembekalan kiat kesuksesan, untuk membentuk karakter dan kepribadian mereka.

Tentu saja hal tersebut sangat penting, mengingat beberapa peserta sekolah kebangsaan diantaranya merupakan mereka yang sempat terjaring razia karena terlibat kekerasan anak seperti tawuran.

Meskipun program tersebut berhasil membawa perubahan yang positif, namun Eri mengungkapkan bahwa efek positifnya tidak bertahan lama.

Akan tetapi Eri enggan mengembalikan anak-anak bermasalah tersebut ke barak militer di sekolah kebangsaan.

Cara Eri Cahyadi Menangani Siswa Bandel

Heri memutuskan untuk membuka asrama seperti kampung anak negeri (KANRI) dan meluncurkan program “satu sarjana satu keluarga miskin” guna menampung anak-anak yang bermasalah.

Bahkan pemerintah Kota Surabaya tersebut juga menyediakan bantuan untuk pendidikan anak-anak dengan syarat mereka harus berada di rumah sebelum pukul 22.00 WIB.

Baca Juga:Pernikahan Anak Dibawah Umur di Lombok ViralIngin Melunasi Hutang Namun Tidak Memiliki Uang? Ada Caranya

Eri Cahyadi juga menekankan bahwa program ini bertujuan untuk mengubah pandangan anak-anak yang terlibat hukum yang berpikir bahwa mereka akan mendapatkan sanksi fisik.

Program ini memiliki kuota untuk 200 anak di asrama bibit unggul melalui program “satu keluarga satu sarjana” serta tambahan 200 kuota untuk siswa jenjang SMP dan SMA.

Program buatan Ery Cahyadi tersebut tidak sekedar memberikan Efek jeral, akan tetapi membangkitkan semangat anak untuk melanjutkan pendidikan hingga mewujudkan cita-citanya di masa depan.

Program itu sekaligus menyempurnakan program sekolah kebangsaan yang sempat diinisiasi Pemkot Surabaya pada tahun 2023 lalu.

Program yang diisi dengan pembekalan anak-anak dengan wawasan kebangsaan selama 10 hari tersebut sebenarnya terbukti membawa perubahan drastis menuju lebih baik, namun Perubahan tersebut seringkali tidak bertahan lama.

Melalui asrama di KANRI hingga program “satu keluarga satu sarjana” dalam program bibit unggul, pendidikan karakter dilakukan di asrama akan dilakukan secara jangka panjang.

Sasarannya akan diutamakan kepada anak yang sebelumnya dijangkau oleh satpol PP di Surabaya, kemudian mereka akan melakukan berbagai kenakalan seperti mengamen, ngelem hingga terlebih terlibat perkelahian.

Dengan adanya program tersebut, para siswa yang nakal tersebut tidak akan dihukum atau dipaksa melakukan kegiatan fisik di asrama.

Siswa tersebut akan ditawarkan kebersamaan dan ruang kelas yang memadai untuk mengubah pola pikir mereka.

Beberapa peserta di asramakan RI maupun bibit unggul berasal dari keluarga yang memang kurang mampu, bagi mereka yang berada di kondisi tersebut maka akan mendapatkan bantuan biaya dari Pemkot Surabaya.

Eri Cahyadi menawarkan bantuan biaya pendidikan dengan syarat sederhana yaitu, anak-anak harus berada di rumah pada pukul 22.00 WIB malam.

Kepala dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta pengendalian penduduk (DP3A – PPKB) Kota Surabaya, Ida Widyawati menyampaikan bahwa pihaknya segera bergerak cepat menindaklanjuti arahan walikota Eri Cahyadi terkait pembinaan orang tua dan remaja.

Tidak hanya itu, ada pula program yang menyasar orang tua dengan penghasilan di bawah Rp4.000.000 untuk diikutsertakan dalam program padat karya.

Menurut Ida, mayoritas anak-anak yang pernah dijangkau atau mengalami kurang perhatian dari orang tua, mereka akan cenderung terpengaruh hal-hal negatif.

0 Komentar