Sidang kasus tewasnya pelajar SMAN 1 Tanjung, korban tawuran pelajar di flyover Kramat Sampang, Kersana, Kabupaten Brebes, diwarnai histeris keluarga korban, yang tidak terima dengan putusan majelis hakim, memvonis ringan terdakwa atau anak berhadapan dengan hukum. Bahkan, ibu korban sempat pingsan usai mengikuti sidang di pengadilan negeri setempat.
Keluarga korban kasus tewasnya pelajar SMAN 1 Tanjung, Ana, 17 tahun, warga Desa Tengguli, Kecamatan Tanjung, nampak emosi usai keluar dari ruang sidang Pengadilan Negeri Brebes, Jumat pagi.
Ayah dan ibu korban tidak terima dengan putusan majelis hakim, yang memvonis anak berhadapan dengan hukum, MZP, 17 tahun, dengan putusan hukuman, 1 tahun 10 bulan, dan dua bulan ketrampilan. Putusan ini lebih ringan dari tuntutan jaksa, 2 tahun 6 bulan, dengan 3 bulan ketrampilan.
Baca Juga:Kebakaran Hebat Melanda Toko Kelontong Di BumiayuTerduga Maling Motor Tertangkap Basah
Orang tua korban, Pangeran Kusuma Negara, dan meitarini, nampak kecewa dan mendobrak mobil keluarga terdakwa. Tidak hanya itu, kedua orang tua yang histeris di depan kantor Pengadilan Negeri Brebes, menyebabkan ibu korban pingsan dan digotong aparat kepolisian.
Pangeran Kusuma Negara, mengaku, sangat kecewa dengan keputusan majelis hakim, karena hukumannya tidak sesuai dengan yang diperbuat. Apalagi perbuatannya sudah direncanakan, dengan membawa senjata tajam.
Humas Pengadilan Negeri Brebes, Rini Kartika, menjelaskan, bahwa, putusan majelis hakim, juga mempertimbangkan masa depan terdakwa. Harapannya anak yang berhadapan dengan hukum tersebut, bisa berubah.
Sementara untuk satu terdakwa lainnya, akan disidangkan di waktu yang berbeda, dikarenakan dewasa, dan berkasnya belum P21 dari polisi ke kejaksaan.
Seperti diberitakan sebelumnya, kasus tawuran antara pelajar SMAN 1 Tanjung dan SMAN 1 Kersana, di flyover Kramat Sampang, disiarkan langsung melalui media sosial Instagram. Akibat tawuran tersebut, satu orang pelajar tewas, terkena sabetan celurit